Senin, 13 Oktober 2008

CERITA HILMY : JAHE



J A H E
CERITA TENTANG KUE JAHE YANG HIDUP
Ini kisah disebuah negeri bernama Foopuff, negeri dimana makanan-makanan tinggal, dengan sejahtera, karena tak pernah diusik oleh manusia, negeri ini tersembunyi, tak ada manusia dan binatang-binatang besar yang tahu keberadaan negeri ini, namun jangan salah negeri Foopuff itu sangat besar!
Bintang-bintang berkilauan di angkasa, menyinari negeri tersembunyi itu. Semuanya penduduk di negeri Foopuff sudah tertidur lelap, negeri ini sungguh sunyi di malam hari. Hanya keluarga Jahe yang masih tetap bangun, walaupun sudah malam, keluarga ini masih bekerja. Rumah mereka yang berbentuk Kue Jahe sedang tersenyum, pas sekali dengan penghuni rumah itu, Kue Jahe.
Pak Jahe, yang biasa disebut oleh anak-anaknya dengan panggilan Ayah, sedang menghitung uang penghasilan di tokonya, yaitu toko kue di negeri Foopuff, pak Jahe memang terkenal mata duitan.
Bu Jahe, yang biasa disebut oleh anak-anaknya ibu, sedang menonton film kesukaannya di televisi, hal ini selalu terjadi. Sebelum tidur, Bu Jahe pasti akan menyempatkan diri menonton film kesukaannya itu.
Bu Jahe dan pak Jahe mempunyai 6 orang anak. Jenna, Jeva, Jecka, Jeshe, Jella, dan Jenny. 3 anak perempuan, dan 3 anak laki-laki.
Jenna, dia anak perempuan yang selalu menjadi bintang di kelasnya. Dia anak yang pintar, rajin dan penurut, sungguh pantas menjadi kakak. Sekarang Jenna sedang belajar, untuk menghadapi ujian memasak besok.
Jeva, kebalikannya dari Jenna, ia anak laki-laki yang sangat nakal, sering membuat adik-adiknya menangis dan juga membuat Pak Jahe dan Bu Jahe kewalahan. Seperti biasa, Jeva sedang berusaha membuat kegaduhan di rumah Jahe-nya yang tersayang.
Jecka, adalah anak kesyangan Pak Jahe, karena menurut Pak Jahe, Jecka lah anaknya satu-satunya yang bisa menjadi penerus Pak Jahe, yaitu, menjadi pengusaha.Jecka sedang membantu Pak Jahe membereskan dagangan kue di tokonya yang terkenal itu.
Jeshe, Si Kutu Buku, itulah julukannya. Jeshe senang sekali membaca buku, jadi ia disebut Si Kutu Buku. Bu Jahe sengaja membuat perpustakaan pribadi di rumahnya di lantai 2. Supaya Jeshe bisa membaca dengan tenang. Jeshe orangnya sangat sabar. Jika diejek, ia akan tersenyum, dan lain lagi, yang membuat hati yang ngejailin dia sedih, karena tak berhasil membuatnya marah atau nangis. Seperti yang kamu tahu tentang Kutu Buku, sekarang Jeshe sedang asyik membaca buku.
Jella adalah anak perempuan paling centil yang pernah dimiliki keluarga Jahe. Namun jangan salah, ia orangnya sangat dewasa! Ia bisa menjaga adiknya, membersihkan rumahnya, menjaga toko Pak Jahe pun Jella bisa. Tapi sayangnya, ia sangat pemalas. Harus berulang kali menyuruhnya supaya ia melakukan yang kita minta, bahkan sampai membuat Pak Jahe dan Bu Jahe kesal karena sikap pemalasnya itu. Seperti sifatnya, sekarang Jella sedang berdandan di kamarnya.
Jenny, ia anak terakhir di keluarga Jahe. Kalau menurut kamu anak terakhir itu suka dimanja, tapi Jenny nggak suka banget dimanja. Ialah anak yang paling keras kepala di keluarga Jahe. Jenny pintar melukis, membuat cerita, dan marah-marah. Semuanya takut kalau Jenny marah-marah. Maka Jenny menggunakan kemampuannya marah-marah untuk mengusir orang atau membuat orang lain jinak sama dia. Tapi, yang membuat orang-orang sayang sama Jenny adalah, karena Jenny mempunyai sifat peduli, penyanyang, dan pintar. Jenny, seperti yang sudah aku ceritakan, ia sedang marah-marah kepada Jeva yang berani memasuki kamarnya tanpa izin. Dan itu cukup membuat rumah gaduh.
“Masuk kamar masing-masing!” Suara Bu Jahe memenuhi rumah Jahe mereka sampai-sampai mata si rumah Jahe retak. Jenny dan Jeva sudah berhenti bertengkar. Jenny berhasil memukul Jeva, dan Jeva berhasil membuat Jenny menangis. Jeva senang setengah mati, karena sudah lima hari ini ia tidak berhasil membuat rumahnya gaduh, dan sekarang ia berhasil, karena bertengkar dengan adik bungsunya itu.
Jenny memasuki kamarnya di lantai satu, Jenna dan Jeshe di lantai dua, Jella dilantai tiga, sedangkan Jacky dan Jeva dilantai empat. Rumah mereka terdiri dari lima lantai, ini cukup membuat penghuninya capek, bolak-balik naik-turun tangga. Untung saja, Jeshe punya ide cerdas, yaitu membuat lift dari marmer dengan ditarik mesin, ia baca dari buku tentang “Rumah-rumah praktis”, pinjaman dari perpustakaan sekolahnya.
Semuanya memasuki kamar mereka. Bu Jahe mematikan lampu ruang tengah, dapur,ruang makan, ruang tamu, ruang keluarga, toko Pak Jahe dan perpustakaan. Lalu cepat-cepat memeriksa kamar Jenna, Jeva, Jecky, Jeshe, Jella dan Jenny, kalau-kalau mereka belum tidur juga. Benar saja, saat Bu Jahe memeriksa kamar Jeva, terdengar teriakan yang menyuruh Jeva tidur, lalu terdengar suara orang marah-marah , dan terdengar suara lift.
Keesokan harinya…
“Bangun! Bangun! Semuanya bangun! Cepat! Hari ini bukan hari libur! Ayo cepat Jenna, Jella, Jeva! Cepat bangun! Bagus Jecky, Jeshe, Jenny, kalian sudah bangun sekarang, mandi lalu makan dan siap-siap ke sekolah! Ayo Semuanya bangun! Ibu kalian sudah memasak makanan yang kalian sukai!” Perintah Pak Jahe, kepada anak-anaknya yang berjumlah 6 orang. Semuanya buru-buru bangun karena sudah penasaran apa yang dimasak oleh ibu mereka.
Jenna buru-buru memasukan bahan-bahan yang akan ia pakai untuk ulangan memasaknya ke tas yang bergambar kue Jahe, itu tas kesayangannya, ulangan memasaknya bertema perkedel. Jenna tahu, kali ini bukan dia yang akan mendapatkan nilai tertinggi, karena ada Pew, ia dari keluarga perkedel. Tapi semuanya tahu, kalau keluarga perkedel adalah keluarga yang jahat dan licik.
Jeva berusaha memasuki kamar Jenny lagi, untuk mencorat-coret pr-nya, tapi sudah ketahuan Jenna saat ia mau memasuki ruang makan. Jeva buru-buru lari, lalu duduk tenang di meja makan yang masih kosong, hanya ada dia dan Jenna, yang sudah mengetahui rencana Jeva.
Jecka berlari sekencang-kencangnya ke toko kue Pak Jahe. Toko itu ada di sebelah rumah mereka. Jecka diminta menghitung uang yang ada di toko. Sampai Pak Jahe tiba di ruang makan. Pak Jahe takut uangnya ada yang mengambil.
Jeshe mengambil seabrek buku di perpustakaan rumahnya lalu memasukan ke tasnya. Jeshe memang suka begitu, ia selalu membawa dua tas ke sekolahnya, satu untuk alat-alat yang ia perlukan di sekolah, sedangkan yang satunya lagi untuk buku-bukunya. Jeshe selalu malas menuju ke perpustakaan sekolahnya, kecuali kalau terpaksa, maka ia membawa dua tas.
Jella sudah hampir sampai di ruang makan, namun saat ia melihat Jenna ada di situ Jella buru-buru lari lagi ke kamarnya. Jella takut disuruh menyiapkan piring-piring, jadi ia harus menunggu sampai Jenny ke ruang makan , supaya Jenny yang disuruh menyiapkan piring untuk sarapan. Jella membuka tas dandannya, lalu mulai menghias wajahnya lagi. Tas dandannya hanya sebuah kotak kecil seukuran tempat pensil, jadi masih bisa dikantongi. Namun, walaupun kecil, tas dandan ini ajaib loh… bisa diisi berbagai macam alat-alat untuk bersolek.
Jenny keluar dari kamarnya dan menguncinya, kalau-kalau Jeva berusaha memasukinya lagi, ia sudah siap, karena dikamarnya sudah ada alat-alat rahasia untuk melawan Jeva jika memasuki kamarnya. Lalu Jenny menuliskan sesuatu di buku tulisnya, menyobeknya, mengantonginya, lalu berlari menuju ruang makan.
Pak Jahe sedang menyalakan mobil Jahenya. Memang mobil itu berbentuk Jahe, namun dari baja. Setiap hari Pak Jahelah yang mengantarkan anak-anak nya ke sekolah, dan menjemputnya pulang. Pak Jahe punya 6 pegawai yang mengurus tokonya dan 18 yang memasak kuenya. Pabrik kue Pak Jahe lumayan jauh dari tokonya, jadi Pak Jahe menyewa Kue Jahe lagi untuk menjadi pegawainya yang mengantarkan barang dari pabrik ke tokonya, cukup 2 orang saja, karena ini pekerjaan mudah.
Bu Jahe sedang menyiram tanaman di halaman belakang rumahnya yang sangat luas, rencananya, di halaman ini akan dibagun playground, tapi siapa yang mau main di play ground itu? Karena anak-anaknya sudah besar-besar dan sudah tidak suka lagi bermain yang seperti itu, jadi Pak Jahe dan Bu Jahe setuju membuat rumah pohon, dan menanam pohon Lambang Para Jahe disana, tapi pohon itu masih sangat kecil, jadi Bu Jahe selalu menyiramnya jika saat menunggu keluarga nya berkumpul ke ruang makan. Karena ia ingin melihat pohon itu tumbuh dan menjadi tempat main anak-anaknya.
Semua anggota keluarga Jahe sudah berkumpul di ruang makan. Dan mulai makan. Peraturan keluarga Jahe adalah, kalau makan jangan sambil berbicara, dan semuanya patuh dengan peraturan itu. Mereka makan dalam diam setelah semuanya selesai makan, mereka berangkat ke sekolah diantar oleh Pak Jahe.
“Anak-anak! Semuanya masuk mobil! Perintah Bu Jahe dari ambang pintu masuk ke rumah Jahe. Semuanya mengambil tasnya masing-masing dan berbaris di depan Bu Jahe. Memang selalu begini, jika akan berangkat sekolah, mereka mesti berbaris lalu akan mendapat pesan-pesan dari Bu Jahe.
Jenna maju “Jenna, semoga ulangan memasakmu sukses ya.. kalahkan keluarga perkedel itu!” Bu Jahe menyemangati. Jenna hanya mengangguk.
Jeva maju, wajah Bu Jahe jadi galak “Jeva awas kalau aku menerima surat dari sekolahmu kalau kamu berbuat nakal lagi! Aku tidak akan memaafkan mu!” Bentak Bu Jahe, Jeva hanya mencibir.
Jecka maju, wajah Bu Jahe cerah lagi. “Jecka, perhatikan gurumu ya, kalau sedang menerangkan! Nilaimu akhir-akhir ini jelek.” Bu Jahe menasehati, Jecka hanya mengganguk.
Jeshe maju. “Jeshe, jangan terlalu banyak membaca ya, kerjakan sesuatu selain membaca!” Kata Bu Jahe. “Memangnya kenpa Bu? Aku kan sudah mengerjakan hal lain selain membaca!” Kata Jeshe spontan saat ibunya bilang ia jangan terus-terusan membaca.”Apa?” Kata Bu Jahe lagi “Mandi, makan, bantu ibu. ” Kata Jeshe. Bu Jahe tertawa lalu menyuruh anaknya masuk ke mobil.


BERSAMBUNG

Tidak ada komentar: