Cerita Perjuangan Gajah Mada
Dialiran sungai Berantas yang mengalir dengan derasnya menuju kearah selatan dataran Malang dan dikaki pengunungan Kawi-Ardjuna yang yang indah-permai itu, maka disanalah agaknya seroang Indonesia berdarah rakyat dilahirkan pada permulaan abad ke 14. Ahli sejarah tidak daapt menyusun hari lahirnya dengan pasti, ibu bapak dan keluarganya tidak mendapat perhatian kenang-kenangan riwayat, begitu juga nama desa tempat dilahirkan dilupakan saja oleh penulis keropak zaman dahulu.
Asal-usul Gadjah Mada semuanya dilupakan dengan lalim oleh sejarah..Barangkali keadaan itu selaras pla dengan perbawa dan nasih Gadjah Mada. Dia tidak bertopang kepada darah keturunan, dan namanya terpaku dalam lembaran emas sejarah karena tujuan hidup yang tinggi dan maju kedepan atas tenaga usaha sendiri. Dia kelahiran rakyat jelata, dan rakyat murba acapkali dilangkahi saja oleh sejarah yang berpihak kepada yang dianggapnya menarik perhatian. Menurut kepercayaan orang Bali, seperti tertulis dalam kitab Usana Djawa, maka Gadjah Mada itu dilahirkan dipulau Bali Agung, dan pada suatu ketika berpindah ke Madjapahit. Menurut cerita Bali itu, maka Gadjah mada tidak mempunyai ibu dan bapa, melainkan terpancar dari dalam buah kelapa sebagai penjelmaan Sang Hiang Narajana ke atas dunia.
Jika sekiranya cerita ini benar, maka Gadjah Mada berasa dari tanah pulau Bali seperti Perabu Airlangga (990-1042), Yang mendirikan kerajaan Darmawangsa setelah keraton dibakar dan negara diruntuhkan oleh kekuasaan Wuraweri Sriwijaya dalam tahun 1007 M. Tetapi karena disekelilingi kota Malang-Singasari sejak dahulu banyak didapati tanda-tanda memperingati nama Gadjah Mada, dan oleh karena dalam tahun 1321 dia telah berusia cukup untuk menjadi patih disuatu daerah, maka keluarlah persangkaan yang memberi alasan,bahwa dia agkanya kelahiran aliran sungai Berantas, dilahirkan kira-kira dalam tahun 1300.
Sebagai pemuda dia tidak mempunyai hidup yang mewah-bahagia, melainkan dibesarkan sebagai anak desa yang bersatu dalam kemelaratan sehari-hari dengan alam yang kaya raya. Dari pemuda rakyat yang lebih tua mendengar bagaimana runtuhnya kerajaan Singasari dengan pembakaran keraton dan pembunuhan bangsawan pada tempat yang letaknya dekat disebelah utara.Keadaan negara turun dan negara naik itu mengisi kepada dan dada pemuda Gadjah Mada yang mempunyai panggilan hidup yang luar biasa. Suruhan suci lahirlah kedalam dadanya. Pemuda yang bercita-cita itu lalu menjadi ahli negara yang maha tangkas, djiwa dan raga, waktu dan seluruh tenaga diserahkan untuk membesarkan negara yang baru terbentuk. Didalam tangannya negara itu menjadi berjiwa dan bersemangat dan naik ketingkat keluhuran diatas dasar persatuan yang hidup dalam tangan pemimpin besar yang berasal dari anak desa itu.
Dalam perpustakaan, maka Gadjah Mada kenamaan juga dengan memakai nama lain, seperti Empu Mada, Jaya Mada, atau Dwirada Mada, menurut agama namanya : Lembu Muksa, sebagai penjelmaan Mahadewa Wisnu. Gajah Mada artinya Gajah yang galak tangkas, penuh dengan kegiatan. Lebih dari pada empat puluh tahun Gadjah Mada berjuang dan bekerja segenap waktu untuk persatuan dan kepentingan negara. Kitab pararaton memberi rencana tentang perjalanan rancangan hidup Gajah Mada menurut garis-garis besar. Lekaslah dia mendapat perhatian pegawai tinggi, karena bertindak sebagai pemuda yang penuh cita-cita membantu kerajaan dan jiwa kepala negara (1328). Dialah yang mempersatukan kepulauan Nusantara dengan sumpah nusantara atau sumpah palapa.
Dalam tahun 1364 Gadjah Mada meninggal dunia tidak ketahuan dimana badannya tersimpan dalam pangkuan bumi. Kata setengah orang dia meninggal di Majapahit. kata setengah orang lagi dia menenggelamkan diri kedalam lautan Indonesia. Dialah seorang besar Indonesia, yang tidak diketahui tempat lahir dan tempat matinya. Walaupun demikian nama dan perjuangannya tinggal hidup selama-lamanya dalam hati sanubari rakyat sesudahnya dan mendapat ingatan mulia dalam sejarah kebangsaan.
Perjuangan yang lamanya empat puluh tahun itu akan mendapat penerangan dalam karangan yang tuan baca ini. Tulisan ini akan menurutkan jejak2 yang dapat diselidiki di atas jalan yang dirintis pemimpin kebangsaan itu di atas lebih persatuan menuju kebesaran nusa, bangsa dan negara. Gajah Mada harus menerima nasibnya. Kebesarannya, diakhir hayatnya hanya membuat ia diasingkan di desa terpencil ini. Tak pernah jelas dalam asal usulnya, jelas ia bukan raja yang perlu dilegendakan riwayat kelahirannya. Tapi yang pasti kemungkinan besar ia keturunan keluarga bangsawan karena berhasil memasuki pasukan Bhayangkara bahkan bisa menjadi pemimpinnya. Sudah jamak saat itu, ketika pasukan elit hanya bisa dimasuki oleh mereka yang berdarah biru pula. Majapahit yang baru berdiri, dibawah Raden Wijaya, raja pertamanya, sedang berusaha mengkonsolidasikan kekuatannya. Setelah Kediri dengan Jayakatwangnya berhasil ditaklukkan, dan di sisi lain pasukan Mongoliatelah berhasil diusir pergi, maka negara baru itu segera bermimpi akan mencapai kebesarannya setidaknya mencapai seperti Singosari, Negara awalnya. Di samping itu bukankah Raden Wijaya adalah keturunan resmi yang pertama kali berhasil menjadi raja dari perkawinan Ken dedes dan Ken Arok, yang dilegendakan akan menurunkan raja terbesar di Jawa? Semuanya sudah tersedia, tinggal bagaimana raja baru itu memanfaatkan situasi. Maka pembangunan kemiliteran adalah salah satu jalan yang diplih untukmemperkuat negara itu. Apalagi dalam perjalanannya, negara yang baru tumbuh itu, harus mengalami berbagai macam pemberontakan, yang terutama dari sahabat dekat sang raja sendiri, seperti Ranggalawe, Lembu sora, ataupun Nambi. Negara itu akan rapuh jika tak ada yang siap beregenerasi. Maka sekolah militer untuk perwira dimasa depan disiapkan. Dan Gajah Mada adalah salah satu produknya. Menghabiskan masa muda dalam pendidikan kemiliteran, tak ada yang tahu kenapa ia bisa melesat tinggi karirnya. Hanya satu hal yang ia tahu, kesempatan tak pernah datang dua kali.Setelah Raden Wijaya wafat, Jayanegara naik sebagai raja. Sayang ia lemah. Maka ketidakpuasan pun muncul. Dan yang terhebat adalah pemberontakan Kuti. Huru hara pun muncul di ibukota, yang menyebabkan Jayanegara harus lari kesebuah desa hanya ditemani oleh pasukan elitnya yaitu Bhayangkara (nama desanya lupa, kalau gak salah namanya Badeder), yang tentu saja pimpinannya saat itu adalah Gajah Mada. Gajah Mada yang cerdas ini segera menyusun siasat, untuk mengembalikan tahta pada sang raja. Ia pergi ke ibukota, untuk melihat reaksi rakyat, apakah Kuti didukung atau tidak. Ia tiupkan isu sang raja telah wafat. Segera kesedihan mewarnai ibukota. Dan ia pun tahu,rakyat masih dibelakan sang raja. Segera ia kumpulkan pasukan, cari dukungan dan kemudian munculkan sang raja. Kuti yang tak berpikir ke sana akhirnya kalah oleh kuatnya dukungan terhadap sang raja. Ia kalah cerdik oleh juniornya. Tetapi setelah sang raja kembali berkuasa, tetap tak tak ada yang berubah. Dan Gajah mada pun muak melihatnya. Negara ini akan hancur jika raja lemah. Bagi Gajah mada kesetiaan bukanlah pada sang raja, tapi bagi negaranya. Ia segera menyusun siasat. Ia tahu sang raja mata keranjang. Temannya Ra Tanca, tabib istana, punya istri yang cantik. Oleh Gajah Mada, ia mengisyaratkan berita ini pada sang raja. Raja yang penasaran itupun mencari tahu, dan setelah melihat sendiri, ternyata jatuh hati pada istri Ra Tanca. Ra Tanca yang mengetahui berita ini pun marah. Baginya sekarang cuma ada dua pilihan, membunuh sang raja, atau ialah yang akan dibunuh. Pada waktu raja sakit, Gajah Mada segera menyiapkan perangkapnya. Ia panggil Ra Tanca untuk mengobati raja. Tapi ia tahu pula, hati Ra Tanca sudah terbakar amarah, dan pasti akan memanfaatkan situasi ini. Benar saja Ra Tanca membunuh raja. Ada dua versi, ada yang bilang membunuh dengan keris, versi lain dengan meminumkan racun. Gajah Mada yang sudah memperkirakan hal ini, segera bertindak seolah-olah ia kaget, dan segera menikam Ra Tanca, pembunuh raja sekaligus melenyapkan bukti. Segera nama Gajah Mada semakin menjulang ditengah duka ibukota. Dan istri Ra Tanca? Ah, janganlah berpikir ini cerita romantis, bahwa Gajah Madalah yang mendapatkannya, sebab bagi sejarah, nasib istri Ra Tanca tak penting lagi. Dan Gajah Mada pun jadi pahlawan. Bagi sebagian orang yang juga tak menyukai Jayanegara, tindakan Gajah mada tepat. Apalagi setelah Jayanegara wafat, digantikan oleh Tribuana Tungga Dewi. Wanita yang nyaris dijadikan istri oleh Jayanegara, walaupun ia merupakan saudara satu ayah lain ibu Jayanegara. Dan Tribuana sendiri hanya sebagai raja pengganti, menggantikan sang ibu Gayatri yang memilih menjadi Biksuni hingga Gayatri wafat, sehingga Hayam Wuruk menjadi raja. Tapi disini, ada yang berubah. Karir Gajah Mada meningkat. Setelah hanya menjadi bekel, kemudian naik menjadi pimpinan pasukan pelindung raja, naik menjadi patih di daerah Kediri (sebuah daerah protektorat), kemudian ia menjadi Mahapatih di Majapahit dan secara de facto yang memegang kekuasaan tertinggi, karena Hayam wuruk masih kecil. Dan disaat pengangkatnnya lah ia bersumpah yang dikenal sebagai Amukti Palapa. Dan selanjutnya, hidupnya diabadikan untuk mewujudkan sumpah itu. Hayam wuruk yang masih kecil menyerahkan semua urusan negara pada Gajah Mada. Dan kepercayaan itu dibalas dengan sempurna. Majapahit segera menjadi yang terbesar. Kekuasaannya meluas, seperti yang diimpikan oleh Gajah Mada. Bali, Tumasik, Maluku dan Campa menjadi wilayah kekuasaannya. Kadang ia sendiri turun kemedan perang memimpin pasukannya untuk menaklukkan. Hingga ketika kekuasaan meluas melebihi yang pernah dikenal orang Jawa, ada satu titik yang tersisa, Sunda.Negeri ini masih merdeka dan masalah pun dimulai. Hayam wuruk yang beranjak dewasa, memerlukan pendamping, permaisuri yang sebanding. Dibutuhkan yang tercantik, cerdas dan dari kerajaan yang besar pula. Hayam wuruk menilai Dara petak dari Sunda, putri raja Galuh pantas menjadi permaisurinya. Maka segera dikirimlah lamaran. Dan tentu saja Raja Galuh gembira dengan lamaran ini. Hayam Wuruk adalah pria terpandang, tampan dan sangat pantas menjadi menantunya. Dan segera urusan ini dipercepat, dan berangkatlah Raja Galuh ke Majapahit, membawa rombongan kecil dengan putrinya dan kemudian berhenti sejenak di desa Bubat, menunggu jemputan dari Majapahit. Gajah Mada yang mewakili Hayam Wuruk menjemput pengantin. Di desa Bubat mereka bertemu, untuk membicarakan hal-hal yang menyangkut pernikahan. Tapi tragedi ini baru saja dimulai. Gajah Mada memandang, ini adalah usaha pelengkapnya untuk memasukkan Galuh dan seluruh Sunda yang kecil itu kedalam lingkaran Majapahit. Sang putri, merupakan tanda upeti bagi Majapahit, sebagai lambang kesetiaan dan nantinya akan dijadikan sebagai selir raja. Raja Galuh, Sri Baduga tak meyukai ide itu. Baginya ini adalah pernikahan pihak yang sederajat, sekufu, tak ada upeti dan sang putri harus menjadi permaisuri Raja, bukan selir yang dianggap sebagai penghinaan. Kata setuju tak dapat dicapai, dan amarah mulai menggelegak dan terjadilah pertempuran. Pasukan Galuh yang kecil itu luluh lantak ditangan pasukan Gajah Mada dan sang raja sendiri harus tewas. Sedang sang putri yang seharusnya akan berbahagia akan menjadi pengantin, akhirnya bunuh diri karena menanggung kesedihan. Dan Gajah Mada sendiri puas, cita-citanya tercapai, Nusantara telah bersatu dibawah Majapahit. Tapi Hayam Wuruk tak sependapat. Ia yang datang terlambat, sesuai tradisi pengantin waktu itu, melihat pemandangan mengerikan. Calon istrinya telah meninggal. Ia marah pada Gajah Mada, tapi Gajah Mada adalah orang yang sangat berjasa bagi negara. Dan tindakannya hanya insting kenegaraan saja, dan untuk kejayaan Majapahit. Tapi disini visi mereka berbeda, dan tak mungkin 2 orang yang berbeda visi bekerjasama. Dan Gajah Mada sebagai orang Jawa mengerti hal itu, ialah yang harus mundur. Tiba-tiba ia merasa sudah tua, lelah sekali. Ia pergi, menanggalkan semua kebesarannya. Baginya sendiri tugasnya sudah selesai. Majapahit sudah sebesar yang diimpikannya. Ia memilih untuk menyepi, menghabiskan sisa hidupnya. Oleh Hayam wuruk, ia diberi sebuah desa kecil di dekat sungai Brantas yang dibebaskan dari pajak dan dinamakan desa Mada. Disinilah Gajah Mada menunggu takdirnya dan menikmati kesepiannya. Dan ia tahu raja tak pernah berminat lagi bertemu dengannya ketika sang raja mengelilingi Jawa dan sempat berada di dekat desa Mada. Tapi Hayam wuruk tak bersedia singgah untuk bertemu mantan Patih yang sudah tua itu. Sebuah pertanyaan tersisa, kesetiaan seperti apa yang penting. Pada negara atau pada raja?(Sorry kalau Cuma sedikit... tolong dimaklumi)
Dialiran sungai Berantas yang mengalir dengan derasnya menuju kearah selatan dataran Malang dan dikaki pengunungan Kawi-Ardjuna yang yang indah-permai itu, maka disanalah agaknya seroang Indonesia berdarah rakyat dilahirkan pada permulaan abad ke 14. Ahli sejarah tidak daapt menyusun hari lahirnya dengan pasti, ibu bapak dan keluarganya tidak mendapat perhatian kenang-kenangan riwayat, begitu juga nama desa tempat dilahirkan dilupakan saja oleh penulis keropak zaman dahulu.
Asal-usul Gadjah Mada semuanya dilupakan dengan lalim oleh sejarah..Barangkali keadaan itu selaras pla dengan perbawa dan nasih Gadjah Mada. Dia tidak bertopang kepada darah keturunan, dan namanya terpaku dalam lembaran emas sejarah karena tujuan hidup yang tinggi dan maju kedepan atas tenaga usaha sendiri. Dia kelahiran rakyat jelata, dan rakyat murba acapkali dilangkahi saja oleh sejarah yang berpihak kepada yang dianggapnya menarik perhatian. Menurut kepercayaan orang Bali, seperti tertulis dalam kitab Usana Djawa, maka Gadjah Mada itu dilahirkan dipulau Bali Agung, dan pada suatu ketika berpindah ke Madjapahit. Menurut cerita Bali itu, maka Gadjah mada tidak mempunyai ibu dan bapa, melainkan terpancar dari dalam buah kelapa sebagai penjelmaan Sang Hiang Narajana ke atas dunia.
Jika sekiranya cerita ini benar, maka Gadjah Mada berasa dari tanah pulau Bali seperti Perabu Airlangga (990-1042), Yang mendirikan kerajaan Darmawangsa setelah keraton dibakar dan negara diruntuhkan oleh kekuasaan Wuraweri Sriwijaya dalam tahun 1007 M. Tetapi karena disekelilingi kota Malang-Singasari sejak dahulu banyak didapati tanda-tanda memperingati nama Gadjah Mada, dan oleh karena dalam tahun 1321 dia telah berusia cukup untuk menjadi patih disuatu daerah, maka keluarlah persangkaan yang memberi alasan,bahwa dia agkanya kelahiran aliran sungai Berantas, dilahirkan kira-kira dalam tahun 1300.
Sebagai pemuda dia tidak mempunyai hidup yang mewah-bahagia, melainkan dibesarkan sebagai anak desa yang bersatu dalam kemelaratan sehari-hari dengan alam yang kaya raya. Dari pemuda rakyat yang lebih tua mendengar bagaimana runtuhnya kerajaan Singasari dengan pembakaran keraton dan pembunuhan bangsawan pada tempat yang letaknya dekat disebelah utara.Keadaan negara turun dan negara naik itu mengisi kepada dan dada pemuda Gadjah Mada yang mempunyai panggilan hidup yang luar biasa. Suruhan suci lahirlah kedalam dadanya. Pemuda yang bercita-cita itu lalu menjadi ahli negara yang maha tangkas, djiwa dan raga, waktu dan seluruh tenaga diserahkan untuk membesarkan negara yang baru terbentuk. Didalam tangannya negara itu menjadi berjiwa dan bersemangat dan naik ketingkat keluhuran diatas dasar persatuan yang hidup dalam tangan pemimpin besar yang berasal dari anak desa itu.
Dalam perpustakaan, maka Gadjah Mada kenamaan juga dengan memakai nama lain, seperti Empu Mada, Jaya Mada, atau Dwirada Mada, menurut agama namanya : Lembu Muksa, sebagai penjelmaan Mahadewa Wisnu. Gajah Mada artinya Gajah yang galak tangkas, penuh dengan kegiatan. Lebih dari pada empat puluh tahun Gadjah Mada berjuang dan bekerja segenap waktu untuk persatuan dan kepentingan negara. Kitab pararaton memberi rencana tentang perjalanan rancangan hidup Gajah Mada menurut garis-garis besar. Lekaslah dia mendapat perhatian pegawai tinggi, karena bertindak sebagai pemuda yang penuh cita-cita membantu kerajaan dan jiwa kepala negara (1328). Dialah yang mempersatukan kepulauan Nusantara dengan sumpah nusantara atau sumpah palapa.
Dalam tahun 1364 Gadjah Mada meninggal dunia tidak ketahuan dimana badannya tersimpan dalam pangkuan bumi. Kata setengah orang dia meninggal di Majapahit. kata setengah orang lagi dia menenggelamkan diri kedalam lautan Indonesia. Dialah seorang besar Indonesia, yang tidak diketahui tempat lahir dan tempat matinya. Walaupun demikian nama dan perjuangannya tinggal hidup selama-lamanya dalam hati sanubari rakyat sesudahnya dan mendapat ingatan mulia dalam sejarah kebangsaan.
Perjuangan yang lamanya empat puluh tahun itu akan mendapat penerangan dalam karangan yang tuan baca ini. Tulisan ini akan menurutkan jejak2 yang dapat diselidiki di atas jalan yang dirintis pemimpin kebangsaan itu di atas lebih persatuan menuju kebesaran nusa, bangsa dan negara. Gajah Mada harus menerima nasibnya. Kebesarannya, diakhir hayatnya hanya membuat ia diasingkan di desa terpencil ini. Tak pernah jelas dalam asal usulnya, jelas ia bukan raja yang perlu dilegendakan riwayat kelahirannya. Tapi yang pasti kemungkinan besar ia keturunan keluarga bangsawan karena berhasil memasuki pasukan Bhayangkara bahkan bisa menjadi pemimpinnya. Sudah jamak saat itu, ketika pasukan elit hanya bisa dimasuki oleh mereka yang berdarah biru pula. Majapahit yang baru berdiri, dibawah Raden Wijaya, raja pertamanya, sedang berusaha mengkonsolidasikan kekuatannya. Setelah Kediri dengan Jayakatwangnya berhasil ditaklukkan, dan di sisi lain pasukan Mongoliatelah berhasil diusir pergi, maka negara baru itu segera bermimpi akan mencapai kebesarannya setidaknya mencapai seperti Singosari, Negara awalnya. Di samping itu bukankah Raden Wijaya adalah keturunan resmi yang pertama kali berhasil menjadi raja dari perkawinan Ken dedes dan Ken Arok, yang dilegendakan akan menurunkan raja terbesar di Jawa? Semuanya sudah tersedia, tinggal bagaimana raja baru itu memanfaatkan situasi. Maka pembangunan kemiliteran adalah salah satu jalan yang diplih untukmemperkuat negara itu. Apalagi dalam perjalanannya, negara yang baru tumbuh itu, harus mengalami berbagai macam pemberontakan, yang terutama dari sahabat dekat sang raja sendiri, seperti Ranggalawe, Lembu sora, ataupun Nambi. Negara itu akan rapuh jika tak ada yang siap beregenerasi. Maka sekolah militer untuk perwira dimasa depan disiapkan. Dan Gajah Mada adalah salah satu produknya. Menghabiskan masa muda dalam pendidikan kemiliteran, tak ada yang tahu kenapa ia bisa melesat tinggi karirnya. Hanya satu hal yang ia tahu, kesempatan tak pernah datang dua kali.Setelah Raden Wijaya wafat, Jayanegara naik sebagai raja. Sayang ia lemah. Maka ketidakpuasan pun muncul. Dan yang terhebat adalah pemberontakan Kuti. Huru hara pun muncul di ibukota, yang menyebabkan Jayanegara harus lari kesebuah desa hanya ditemani oleh pasukan elitnya yaitu Bhayangkara (nama desanya lupa, kalau gak salah namanya Badeder), yang tentu saja pimpinannya saat itu adalah Gajah Mada. Gajah Mada yang cerdas ini segera menyusun siasat, untuk mengembalikan tahta pada sang raja. Ia pergi ke ibukota, untuk melihat reaksi rakyat, apakah Kuti didukung atau tidak. Ia tiupkan isu sang raja telah wafat. Segera kesedihan mewarnai ibukota. Dan ia pun tahu,rakyat masih dibelakan sang raja. Segera ia kumpulkan pasukan, cari dukungan dan kemudian munculkan sang raja. Kuti yang tak berpikir ke sana akhirnya kalah oleh kuatnya dukungan terhadap sang raja. Ia kalah cerdik oleh juniornya. Tetapi setelah sang raja kembali berkuasa, tetap tak tak ada yang berubah. Dan Gajah mada pun muak melihatnya. Negara ini akan hancur jika raja lemah. Bagi Gajah mada kesetiaan bukanlah pada sang raja, tapi bagi negaranya. Ia segera menyusun siasat. Ia tahu sang raja mata keranjang. Temannya Ra Tanca, tabib istana, punya istri yang cantik. Oleh Gajah Mada, ia mengisyaratkan berita ini pada sang raja. Raja yang penasaran itupun mencari tahu, dan setelah melihat sendiri, ternyata jatuh hati pada istri Ra Tanca. Ra Tanca yang mengetahui berita ini pun marah. Baginya sekarang cuma ada dua pilihan, membunuh sang raja, atau ialah yang akan dibunuh. Pada waktu raja sakit, Gajah Mada segera menyiapkan perangkapnya. Ia panggil Ra Tanca untuk mengobati raja. Tapi ia tahu pula, hati Ra Tanca sudah terbakar amarah, dan pasti akan memanfaatkan situasi ini. Benar saja Ra Tanca membunuh raja. Ada dua versi, ada yang bilang membunuh dengan keris, versi lain dengan meminumkan racun. Gajah Mada yang sudah memperkirakan hal ini, segera bertindak seolah-olah ia kaget, dan segera menikam Ra Tanca, pembunuh raja sekaligus melenyapkan bukti. Segera nama Gajah Mada semakin menjulang ditengah duka ibukota. Dan istri Ra Tanca? Ah, janganlah berpikir ini cerita romantis, bahwa Gajah Madalah yang mendapatkannya, sebab bagi sejarah, nasib istri Ra Tanca tak penting lagi. Dan Gajah Mada pun jadi pahlawan. Bagi sebagian orang yang juga tak menyukai Jayanegara, tindakan Gajah mada tepat. Apalagi setelah Jayanegara wafat, digantikan oleh Tribuana Tungga Dewi. Wanita yang nyaris dijadikan istri oleh Jayanegara, walaupun ia merupakan saudara satu ayah lain ibu Jayanegara. Dan Tribuana sendiri hanya sebagai raja pengganti, menggantikan sang ibu Gayatri yang memilih menjadi Biksuni hingga Gayatri wafat, sehingga Hayam Wuruk menjadi raja. Tapi disini, ada yang berubah. Karir Gajah Mada meningkat. Setelah hanya menjadi bekel, kemudian naik menjadi pimpinan pasukan pelindung raja, naik menjadi patih di daerah Kediri (sebuah daerah protektorat), kemudian ia menjadi Mahapatih di Majapahit dan secara de facto yang memegang kekuasaan tertinggi, karena Hayam wuruk masih kecil. Dan disaat pengangkatnnya lah ia bersumpah yang dikenal sebagai Amukti Palapa. Dan selanjutnya, hidupnya diabadikan untuk mewujudkan sumpah itu. Hayam wuruk yang masih kecil menyerahkan semua urusan negara pada Gajah Mada. Dan kepercayaan itu dibalas dengan sempurna. Majapahit segera menjadi yang terbesar. Kekuasaannya meluas, seperti yang diimpikan oleh Gajah Mada. Bali, Tumasik, Maluku dan Campa menjadi wilayah kekuasaannya. Kadang ia sendiri turun kemedan perang memimpin pasukannya untuk menaklukkan. Hingga ketika kekuasaan meluas melebihi yang pernah dikenal orang Jawa, ada satu titik yang tersisa, Sunda.Negeri ini masih merdeka dan masalah pun dimulai. Hayam wuruk yang beranjak dewasa, memerlukan pendamping, permaisuri yang sebanding. Dibutuhkan yang tercantik, cerdas dan dari kerajaan yang besar pula. Hayam wuruk menilai Dara petak dari Sunda, putri raja Galuh pantas menjadi permaisurinya. Maka segera dikirimlah lamaran. Dan tentu saja Raja Galuh gembira dengan lamaran ini. Hayam Wuruk adalah pria terpandang, tampan dan sangat pantas menjadi menantunya. Dan segera urusan ini dipercepat, dan berangkatlah Raja Galuh ke Majapahit, membawa rombongan kecil dengan putrinya dan kemudian berhenti sejenak di desa Bubat, menunggu jemputan dari Majapahit. Gajah Mada yang mewakili Hayam Wuruk menjemput pengantin. Di desa Bubat mereka bertemu, untuk membicarakan hal-hal yang menyangkut pernikahan. Tapi tragedi ini baru saja dimulai. Gajah Mada memandang, ini adalah usaha pelengkapnya untuk memasukkan Galuh dan seluruh Sunda yang kecil itu kedalam lingkaran Majapahit. Sang putri, merupakan tanda upeti bagi Majapahit, sebagai lambang kesetiaan dan nantinya akan dijadikan sebagai selir raja. Raja Galuh, Sri Baduga tak meyukai ide itu. Baginya ini adalah pernikahan pihak yang sederajat, sekufu, tak ada upeti dan sang putri harus menjadi permaisuri Raja, bukan selir yang dianggap sebagai penghinaan. Kata setuju tak dapat dicapai, dan amarah mulai menggelegak dan terjadilah pertempuran. Pasukan Galuh yang kecil itu luluh lantak ditangan pasukan Gajah Mada dan sang raja sendiri harus tewas. Sedang sang putri yang seharusnya akan berbahagia akan menjadi pengantin, akhirnya bunuh diri karena menanggung kesedihan. Dan Gajah Mada sendiri puas, cita-citanya tercapai, Nusantara telah bersatu dibawah Majapahit. Tapi Hayam Wuruk tak sependapat. Ia yang datang terlambat, sesuai tradisi pengantin waktu itu, melihat pemandangan mengerikan. Calon istrinya telah meninggal. Ia marah pada Gajah Mada, tapi Gajah Mada adalah orang yang sangat berjasa bagi negara. Dan tindakannya hanya insting kenegaraan saja, dan untuk kejayaan Majapahit. Tapi disini visi mereka berbeda, dan tak mungkin 2 orang yang berbeda visi bekerjasama. Dan Gajah Mada sebagai orang Jawa mengerti hal itu, ialah yang harus mundur. Tiba-tiba ia merasa sudah tua, lelah sekali. Ia pergi, menanggalkan semua kebesarannya. Baginya sendiri tugasnya sudah selesai. Majapahit sudah sebesar yang diimpikannya. Ia memilih untuk menyepi, menghabiskan sisa hidupnya. Oleh Hayam wuruk, ia diberi sebuah desa kecil di dekat sungai Brantas yang dibebaskan dari pajak dan dinamakan desa Mada. Disinilah Gajah Mada menunggu takdirnya dan menikmati kesepiannya. Dan ia tahu raja tak pernah berminat lagi bertemu dengannya ketika sang raja mengelilingi Jawa dan sempat berada di dekat desa Mada. Tapi Hayam wuruk tak bersedia singgah untuk bertemu mantan Patih yang sudah tua itu. Sebuah pertanyaan tersisa, kesetiaan seperti apa yang penting. Pada negara atau pada raja?(Sorry kalau Cuma sedikit... tolong dimaklumi)
di edit dan di upload oleh Ayahku
dikumpulkan hari ini kamis 7 Agustus 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar