Kamis, 27 November 2008
Sabtu, 15 November 2008
SEKANTONG KUE
Seorang wanita sedang menunggu di bandara suatu malam.
Masih ada beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba.
Untuk membuang waktu,ia membeli buku dan sekantong kue
di toko bandara lalu menemukan tempat untuk duduk.
Sambil duduk wanita tersebut membaca buku yang baru
saja dibelinya.
Dalam keasyikannya tersebut ia melihat lelaki
disebelahnya dengan begitu berani mengambil satu atau
dua dari kue yang berada diantara mereka.
Wanita tersebut mencoba mengabaikan agar tidak terjadi
keributan. Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam.
Sementara si Pencuri Kue yang pemberani menghabiskan
persediaannya. Ia semakin kesal sementara
menit-menit berlalu.
Wanita itupun sempat berpikir: ('Kalau aku bukan
orang baik sudah kutonjok dia!') Setiap ia mengambil
satu kue, Si lelaki juga mengambil satu.
Ketika hanya satu kue tersisa, ia bertanya-tanya apa
yang akan dilakukan lelaki itu.
Dengan senyum tawa di wajahnya dan tawa gugup, Si
lelaki mengambil kue terakhir dan membaginya dua. Si
lelaki menawarkan separo miliknya sementara ia makan
yang separonya lagi.
Si wanita pun merebut kue itu dan berpikir ('Ya ampun
orang ini berani sekali'), dan ia juga kasar malah ia
tidak kelihatan berterima kasih. Belum pernah rasanya
ia begitu kesal.
Ia menghela napas lega saat penerbangannya diumumkan.
Ia mengumpulkan barang miliknya dan menuju pintu
gerbang.
Menolak untuk menoleh pada si 'Pencuritak tahu terima
kasih!'.
Ia naik pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencari
bukunya, yang hampir selesai dibacanya. Saat ia
merogoh tasnya, ia menahan napas dengan kaget.
Disitu ada kantong kuenya, di depan matanya. Koq
milikku ada di sini erangnya dengan patah hati. Jadi
kue tadi adalah miliknya dan ia mencoba berbagi.
Terlambat untuk minta maaf, ia tersandar sedih. Bahwa
sesungguhnya dialah yang kasar, tak tahu terima kasih
dan dialah pencuri kue itu.
Dalam hidup ini kisah pencuri kue seperti tadi sering
terjadi. Kita sering berprasangka dan melihat orang
lain dengan kacamata kita sendiri (subjektif)
serta tak jarang kita berprasangka buruk terhadapnya.
Orang lainlah yang selalu salah, orang lainlah yang
patut disingkirkan, orang lainlah yang tak tahu diri,
orang lainlah yang berdosa, orang lainlah yang selalu
bikin masalah orang lainlah yang pantas diberi
pelajaran. Padahal kita sendiri yang mencuri kue tadi,
padahal kita sendiri yang tidak tahu terima kasih.
Kita sering mempengaruhi, mengomentari, mencemooh
pendapat, penilaian atau gagasan orang lain sementara
sebetulnya kita tidak tahu betul permasalahannya
Langganan:
Postingan (Atom)